Pengabdi Setan 2017 adalah film horor yang disebut-sebut sebagai film horor terlaris tahun ini. Bahkan saking jagonya, film yang disutradarai oleh Joko Anwar ini meraih belasan nominasi FFI, salah satunya sebagai Film Terbaik tahun ini bersaing dengan film lain. Pengabdi Setan bisa dibilang sebagai remake yang masih memiliki benang merah sama namun cerita dan karakter yang total berbeda. Saya memang belum menonton film Pengabdi Setan yang hits sampai diproduksi di luar negeri pada tahun 1980 (apalagi saya generasi 90-an :D), namun sebagai salah satu penggemar film horor, maka film ini pun saya tonton di bioskop.

Sebenarnya saya jarang sekali nonton film horor Indonesia,apalagi setelah kecewa dengan film Danur yang juga gembar-gembornya sebagai film terseram, nyatanya saya hanya mendapat kaget sedikit tapi mengkritisi plot dan akting si Prilly yang kurang greget. Setidaknya Pengabdi Setan 2017 ini jauh lebih oke dari segi akting, cerita dan sinematografinya. Kesamaan antara Danur dan Pengabdi Setan 2017 adalah sukses membuat ikon horor baru setelah generasi Suzana, siapa yang tidak merinding ditatap hantu macam Asih (Shareefa Danish di Danur) dan hantu Ibu (Ayu Laksmi di Pengabdi Setan 2017).

Pengabdi Setan 2017 bercerita tentang keluarga yang terdiri dari 4 orang anak dan seorang ibu yang  terbaring sakit selama tiga tahun. Karena sakit ibunya yang bertahun-tahun, otomatis ekonomi keluarga pun kembang-kempis. Ayah dan keempat anak pindah ke rumah nenek di desa kecil dan Rini, anak sulung yang diperankan Tara Basro, terpaksa putus kuliah agar adik-adiknya tetap bisa melanjutkan sekolah. Semenjak kematian Ibu, keluarga tersebut diteror kejadian-kejadian aneh seolah arwah Ibu kembali menghantui rumah mereka. Ternyata Ibu telah menjadi pengabdi setan selama hidupnya demi bisa mendapatkan keturunan.

Sebenarnya, bagian-bagian awal film ini sudah cukup menjanjikan. Namun semakin menuju tengah cerita, saya yang awalnya kaget dan bersiap jantungan malah sibuk mengkritisi film ini dalam hati. Banyak sekali celah yang seharusnya tidak ada di film ini. Beberapa hal yang membuat film ini berkurang keseramannya antara lain sebagai berikut.

1. Alur yang kurang logis
Pada adegan setelah tokoh Hendra pulang dari rumah sahabat nenek yang menjadi penulis majalah supranatural, pintu rumah itu digedor keras. Mendadak adegan pindah ke si Hendra yang dibunuh anggota sekte. Lucunya, di adegan-adegan kritis ketika keluarga Rini dikejar mayat hidup, kenapa si sahabat nenek itu bisa menyelamatkan mereka? Tidak dijelaskan bagaimana dia selamat. Harusnya ada sedikit adegan flashback yang pasti bisa menambah seram.

Lalu ke adegan ketika Rini menawarkan kopi kepada Pak Kyai. Jelas-jelas Pak Kyai itu bertamu sore hari dan suasana masih terang, tetapi kenapa Rini baru menyuguhkan kopinya di malam hari? Apa merebus air itu butuh waktu berjam-jam?

2. Hantu muncul lalu 'ealah'
Saya suka dengan elemen lagunya Ibu yang dinyayikan di piringan hitam bisa menjadi pengantar suasana horor, apalagi ketika salah satu tokoh dikejutkan sosok Ibu saat sedang mendengarkan sandiwara radio. Setting 80-an sudah dapat banget, tetapi kemunculan hantunya kok agak kurang paham ya saya? Misalnya saat si Ian dan Bondi melihat hantu selimut, sebenarnya sudah mengejutkan tetapi lalu hanya sekejap kemudian hilang. Waktu klimaks menuju ending juga sama. Mayat hidup yang mengepung kenapa nggak terus mengejar mobilnya? Lalu kenapa si sahabat nenek itu bisa menerobos di pintu lain rumah keluarga Rini? Kok setannya hanya mengejar di satu sisi rumah? Hantu Nenek memang berhasil menghalau setan-setan itu, tetapi kurang intensnya di bagian klimaks ini membuat saya semakin sering bilang 'ealah'.

3. Kurang dalamnya chemistry
Chemistry paling bagus justru dari aktor cilik yang memerankan Bondi dan Ian. Tegang juga melihat Bondi yang depresi lalu mulai membuat takut si Ian yang paling bungsu. Ketika Ian berulangtahun dan mendadak bisa bicara, juga cukup menyeramkan. Lead menuju klimaks sudah jago banget. Hubungan ayah dan anak di sini malah kurang menonjol. Lantas apa sih yang dikatakan Ayah kepada Ibu sebelum si Ibu wafat? Apakah Ayah juga mantan pengikut sekte? Kalimat Ayah terpotong meski Rini menanyakan kembali.

Image result for ian dan bondi pengabdi setan
si Ian dan Bondi yang lucu

Misalnya si Ibu lebih banyak ditonjolkan dan lebih dijelaskan sedikit mengenai sektenya, pasti lebih oke. Kalau misalnya semua efek tidak jelas itu sengaja dibuat karena mau membuat sekuel, kasihan banget nih film pertamanya. Namun kesuksesan film ini tetap bisa diapresiasi apalagi sudah menembus 4 juta lebih penonton dan tidak ada unsur pornografi sama sekali di dalamnya. Semoga kalau jadi ada sekuel, semakin berkurang plot hole dan ending jangan geje lagi. Kalau dinilai dari skala 1 sampai 10, saya kasih 6 bintang saja ya. ^_^v

2 Komentar

  1. saya ga nonton filmnya, biasanya saya rajin nih ke bioskop nih.

    saya pernah lihat thrillernya, yang paling berbekas apa? bunyi lonceng kecil ibu, rasanya lonceng itu nanti bisa jadi sebuah trendsetter di Indonesia,

    dan 1 lagi lagu dari piringan hitam memang memberikan efek seram,

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang lonceng itu keren efeknya, yang piringan hitam juga, tapi film ini jadi berkurang kebagusannya justru gara2 alur dan plot yang kurang rapi,,,misalnya ada sekuel dan lebih baik kemasannya wuaaah pasti juara deh

      Hapus

Silakan berkomentar dengan sopan tanpa menyinggung SARA, ya ^_^